Kategori: Sejarah
Penulis: Sri Wintala Achmad
Judul:
RATU KALINYAMAT (Antara
Cinta, Dendam, dan Tahta)
Harga: Rp 59.000
Penerbit Araska
(STOK MASIH)
Semula Jepara yang merupakan
wilayah bawahan Kesultanan Demak dikenal dengan Kalinyamat. Semasa pemerintahan
Sultan Trenggana, Kalinyamat dipimpin oleh putrinya bernama Retna Kencana.
Karena sebagai pimpinan Kalinyamat, Retna Kencana dikenal dengan Ratu
Kalinyamat.
Selain menobatkan Retna Kencana
sebagai ratu di Kalinyamat, Sultan Trenggana mengangkat Pangeran Hadiri sebagai
pimpinan di Mantingan. Tidak lama sesudah pernikahan antara Pangeran Hadiri dan
Ratu Kalinyamat, Mantingan dan Kalinyamat disatukan. Sebagai pemimpin kerajaan baru
itu adalah Pangeran Hadiri. Retna Kencana hanya berkedudukan sebagai
permaisuri.
Retna Kencana kembali menjadi
raja sesudah Arya Penangsang yang membunuh suaminya itu gugur di tangan
Sutawijaya. Sewaktu pemerintahan Retna Kencana, Kalinyamat mengalami masa
keemasan. Tetapi ketika Pangeran Arya Jepara berkuasa, Kalinyamat yang diserang
Mataram itu mengalami keruntuhannya.
Fakta bahwa Retna Kencana merupakan
seorang ratu yang dapat membawa kejayaan rakyat dan kerajaan Kalinyamat bukan
isapan jempol. Dengan spirit patriotismenya, Retna Kencana mengirim armada
perang untuk membantu Johor, orang-orang Hitu di Maluku, dan Aceh Darussalam dalam
melawan imperalisme Portugis di Malaka. Hal ini yang melatarbelakangi pengakuan
orang-orang Portugis bahwa Retna Kencana merupakan wanita pemberani.
Selain memiliki sifat
patriotisme, Retna Kencana memiliki cinta dan kesetiaan terhadap Pangeran
Hadiri. Berkat kesetiaan pada suaminya, Retna Kencana tidak menikah lagi hingga
tidak memiliki putra sampai akhir hayatnya.
Bahasan menjadi menarik ketika melihat
di balik sifat positifnya, Retna Kencana memiliki sifat pendendam. Terbukti
Retna Kencana nekat melakukan tapa wuda
asinjang rikma (bertapa telanjang dengan rambut sebagai kain penutup aurat)
yang merupakan bentuk permohonan total pada Tuhan atas kematian Arya
Penangsang. Selain bertapanya itu dapat dimaknai sebagai protes terhadap tuntutan
Arya Penangsang untuk menjadi pewaris tahta Demak dengan menyingkirkan Prawata,
Hadiri, dan Hadiwijaya.
Selain membahas mengenai cinta, kesetiaan,
dendam, patriotisme, dan kepemimpinan Retna Kencana, buku ini menguak ajaran-ajarannya.
Kisah Ratu Kalinyamat dalam Babad Tanah Jawa pula menjadi pelengkap untuk
mengenal lebih dekat tentang figur legendaris itu. Sehingga kehadiran buku ini
bukan sekadar menginspsirasi bagi pembaca, namun pula menjawab tentang siapakah
Retna Kencana. Seorang tokoh wanita Kalinyamat yang dalam tinjauan sejarahnya tidak
dapat dilepaskan dengan kisah faktual dan fiktifnya